Alternatif dalam PTM lainnya, pengembangan moda transportasi massal dan penerapan electronic road pricing (ERP) yang juga segera dijalankan. Untuk penambahan infrastruktur jalan, Pemprov DKI Jakarta lebih memprioritaskan pembangunan jalan layang di Antasari-Blok M dan Kampung Melayu-Tanah Abang.
“Memang ketiga hal itu dalam pola transportasi makro harus terintegrasi. Namun, saat ini kita akan memprioritaskan pembangunan dua jalan layang tersebut karena jalan layang dapat mengurai kemacetan. Sementara busway dan mass rapid transit (MRT) tetap akan jalan terus,” ujar Prijanto di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (27/5/2010).
Ia menjelaskan, penambahan infrastruktur jalan layang dilakukan karena pertumbuhan infrastruktur jalan di Ibu Kota hanya 0,01 persen per tahun. Sementara pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor sebesar 9,5 persen per tahun. Selain jalan layang, penambahan infrastruktur akan dilakukan berupa pembangunan enam ruas jalan tol tengah kota.
Sedangkan untuk pengembangan moda transportasi massal, Prijanto menegaskan, moda transportasi massal milik Pemprov yang telah beroperasi yaitu bus transjakarta dengan delapan koridor. Pada Desember mendatang, direncanakan akan ada dua koridor lagi yang dioperasikan, yakni Koridor IX dan X. Mengenai kemungkinan pengoperasian bus transjakarta hingga 15 koridor, Prijanto belum memastikan bisa tercapai atau tidak. Sebab, Pemprov terlebih dahulu akan mengevaluasi efektivitas koridor yang sudah berjalan.
“Kita terus mengembangkan pola transportasi makro. Untuk busway kita selesaikan dahulu koridor yang sudah siap,” ujarnya.
Tidak hanya itu, saat ini Pemprov DKI juga merancang proyek MRT yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2016. MRT ini, nantinya diharapkan terintegrasi dengan kereta rel listrik (KRL) yang sudah beroperasi.
0 komentar:
Posting Komentar